Pengertian Sastra dan Budaya
Secara
etimologis satra adalah berasal dari kata “susastra” sastra berasal dari akar
kata SAS artinya ajar, dan TRA berarti alat. sedangkan kebudayaan berasal dari
akar kata BHUD(budi) kemudian BHUDAYA yang berarti buah budi.
Di dalam
Bahasa Nias kebudayaan berasal dari kata budaya,budi dan daya.
Budi = bowo
dan daya = bua halowo
Sedangkan
sastra berasal dari kata, sas dan tra.
Sas = famahao dan
tra = dela
Dari uraian
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sastra dan kebudayaan adalah dela wamahao moroi ba mbua halowo nono niha.
FOKLORE
Foklore
adalah bagian dari sastra yang di ramu dalam sebuah kebudayaan masyarakat pada
suatu tempat(daerah) atau wilayah. Foklore adalah hasil usaha masyarakat yang
artistik atau lebih tepat disebut manivestasi kreatifitas manusia.
Foklore
termasuk :
1. Mite
Mite adalah
dongen tentang dewa-dewa atau roh-roh halus dongen ini bertalian dengan
anggapan /kepercayaan terhadap sesuatu diluar kemampuan manusia.sedangkan dalam
foklore masyarakat nias mite adalah
niduno-duno so amakhaita bazalua bawauri
niha silo oroma horo simane hadia zalua bagafokha, bekhu, madaoya, bela ba boo
nia.
2. Legenda
Legenda
adalah dongen yang bertalian dengan kejadian atau kenyataan kenyataan alam
sedangkan legenda dalam masyarakat nias adalah niduno-duno so amakhaita ba wo
mboi banua siyawa awo dano simane hoho mboro ta dano niha.
3. Dongen Kawih
Dongen Kawih
atau dongen yang diceritakan sambil bernyanyi sedangkan dalam masyarakat nias
dongen kawih niduno-duno ma niowengusi fao fanuno simane siniuno ma umano “boi
degu-degudo ina gu, hiza sitou nakhida.
4. Hikayat
Hikayat
adalah cerita atau riwayat yang melukiskan pengalaman – pengalaman para orang2
terkenal,sedangkan dalam sastra daerah nias hikayat adalah niduno-duno so amakhaita ba wao-wao
waauri dra salawa,balugu,ba tuhenori,ere ba ono zalawa.simane umano wao-wao
waauri tuada hia bazifalogo gomo.
5. Fabel
Fabel adalah
sifat dan tingkah laku binatang menarik perhatian manusia. Dalam sastra nias
fabel adalah niduno-duno so amakhaita ba gamuata gurifo simanae cerita bae ba
boole, mao faoma harimo, manu faoma gi’a.
6. Sage
Sage adalah
cerita dongeng yang dipertalikan dengan sejarah /kejadian pada suatu
masa.sejarah di dasarkan pada fakta atau kenyataan alam. Dalam sastra daerah
nias sage adalah niduno-duno so amakhaita ba mborota banua ma ori.
Istilah
foklore pertama sekali diperkenalkan oleh William J.Thomas pada tahun 1846,kata
foklore berasal dari kata Folk(kreatif) yang memiliki pengenalan fisik atau
kebudayaan yang sama mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan
masyarakat dan Lore (tradisi Folk)yaitu sebagai kebudayaanya yang diwariskan
secara turun temurun secara lisan .oleh karena itu foklore adalah sebagai
kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun dalam
bentuk lisan.
Dari
pengertian tentang foklore ,foklore dapat identifikasi sebagai :
a. Foklore
adalah komunikasi artistik kelompok kecil
b. Foklore adalah
tindak
c. Foklore
adalah penanda identitas kelompok masyarakat
d. Foklore
berintikan penggabungan kreativitas perorangan dan kaidah sosial secara
filosofi, politik, sosial, ekonomi dan hukum.
Bascom
(dalam Danjaya 1988) mencatat 4 fungsi foklore:
a. Sebagai
sistem proyeksi
b. Sebagai
alaat pengesahan kebudayaan
c. Sebagai
alat pedagogik
d. Sebagai
alat pemaksa berlakunya norma masyarakat dan pengendali masyarakat.
Seperti yang
telah diuraikan sebelumnya oleh Bascom(1998)sebagai sistem proyeksi adalah
proyeksi angan-angan terpendam para remaja yg menganut piskoanalisa dari
kalangan rakyat jelata misalnya untuk dapat hidup senang melalui pernikahan dengan keluarga bangsawan /kaya
raya,seperti cerita bawang merah dan bawang putih. sedangkan sebagai alat
pengesahan kebudayaan adalah untuk menggegam adat istiadat yang di anut oleh
masyarakat.
Misalnya
dongeng “cecak yang menghianati nabi muhd.SAW” yang hingga kini masih
dipergunakan oleh orang jawa untuk membenarkan anak-anak kampung membunuh
dengan sumpitan cecak-cecak berwarna kelabu pada setiap jumat legi.
Ketiga
adalah alat pedagogik yaitu peribahasa yang berbunyi “sehari selembar
benang,lama-lama menjadi selembar kain” mengandung dengan pesan kepada anak-anak
agar mereka pandai membagi waktu dalam pekerjaan,mencicil dan mempelajari.
Ilmu atau
mengumpulkan kekayaan,jika dilakukan secara teratur maka tujuanya akan
tercapai. Sedangkan ke empat sebagai alat pemaksa belakunya norma masyarakat
dan pengendalian masyarakat misalnya,pagar makan tanaman yang dapat di gunakan
untuk menyindir oknum yang jadi pemeras dan penghianat.
Berkaitan
dengan foklore ini adam’s dalam carthi(2002) berpendapat fungsi foklore
senantiasa sesuai dengan konteks yang
meliputi:
a. Kapan dan
di mana cerita itu dikisahkan
b. Peristiwa
yang mendahului cerita
c. Di
ceritakan secara lisan /tidak
d. Gerakan
dan ekspresi muka
e. Hubungan
antara narator dengan pendengar
f. Jumlah
dan tipe reaksi pendengar dan partisipan
g.
Usia,pekerjaan,latar belakang etnik
Secara umum
dikenal dua kecenderungan dalam mengkaji foklore pertama dengan menggunakan :
1. Pendekatan filologi yang lebih mendekatkan pada seni verbal,kecenderungan
yang kedua adalah pendekatan antropologi
2.
Pendekatan diagnosis sosial yang berakar dari teori antropolgi
3.
Pendekatan budaya yang bersumber dari teori antropologi budaya
4.
Pendekatan kebahasaan khususnya etnolingguistik yang menekankan
No comments
Setiap komentar Anda sangat berarti sekali untuk Blog Efriaman agar bisa menjadi lebih baik kedepannya. Berkomentarlah dengan baik demi kenyamanan bersama.
Tak ada yang bisa saya berikan selain ucapan terima kasih karena telah memberikan apresiasi terhadap artikel-artikel dan tulisan di Blog Saya ini.
Peringatan! Saya tidak pernah melarang untuk menggunakan pengguna Anonim namun setidaknya gunakanlah akun Anda atau minimal nama dan URL. No SARA, SPAM dan Sejenisnya !!